Perkembangan Gender

Selasa, 08 Juni 2010

Gender adalah salah satu permasalahan yang tidak pernah habis untuk dibicarakan. Gender sendiri adalah sifat-sifat yang melekat yang dimiliki seseorang, baik secara psikologis maupun sosiokultural, sebagai pembeda antara laki-laki dan perempuan. Berbeda dengan jenis kelamin, gender dapat dipertukarkan dan dapat diubah.

Identitas gender atau perasaan sebagai laki-laki atau perempuan biasanya dicapai ketika anak menginjak usia 3 tahun. Sedangkan aturan-aturan yang berlaku dalam masyarakat social dimana menggambarkan dan menegaskan bagaimana seharusnya laki-laki dan perempuan bertindak, berfikir dan merasa disebut sebagai peran gender.

Terdapat 2 teori psikologi yang menjelaskan tentang gender, yaitu teori psikoanalisa dan teori kognitif social.

Teori psikoanalisa menyatakan bahwa anak dalam usia prasekolah cenderung mengalami ketertarikan pada orang tua yang berbeda jenis kelamin dengannya. Namun pada usia 5-6 tahun, anak tidak lagi tertarik pada orang tua yang berlawanan, sebaliknya ia akan mengidentifaksikan dirinya dengan orang tua yang berjenis kelamin sama. Sehingga secara tidak sadar, ia akan memilki perilaku gender yang sama dengan orang tua yang berjenis kelamin sama tersebut.

Sedangkan teori kognitif social menjelaskan bahwa perkembangan gender didapatkan anak dari hasil observasi dan imitasi dari perilagu gender yang dilihatnya. Namun, peran reward dan punishment tidak boleh lepas dari perkembangan gender anak, sehingga anak dapat mengerti dan menentukan mana perilaku gender yang pantas untuk jenis kelaminnya.

Gender sendiri terbagi menjadi 3 klasifikasi yaitu maskulin, feminin dan androgini. Maskulin adalah klasifikasi yang identik dengan laki-laki. Feminin adalah klasifikasi yang identik dengan perempuan. Sedangkan androgini adalah klasifikasi yang memiliki karakteristik maskulin dan feminin. Anak yang memiliki peran gender baik adalah anak yang memiliki karakteristik androgini, dimana anak lebih fleksibel, sehat mental dan lebih kompeten daripada anak yang maskulin atau feminin.

Perkembangan gender juga tidak lepas dari pola asuh orang tua. Orang tua harus mampu menentukan permainan dan aktivitas apa yang cocok untuk gender anak-anaknya. Biasanya, anak laki-laki diberikan permainan dan aktivitas yang berhubungan dengan fisik yang agresif, sehingga nantinya anak bisa menjadi anak yang memiliki lebih banyak sifat maskulin. Sedangkan anak perempuan deberikan permainan dan aktivitas yang berkaitan dengan emosi dan perasaan, sehingga nantinya anak tumbuh menjadi pribadi yang memiliki lebih banyak sifat feminin.

Pada masa remaja, peran gender akan sangat dipengaruhi oleh kehadiran teman sebaya. Dimana anak akan lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman-teman sebayanya daripada dengan orang tua. Anak lelaki akan saling bertukar keahlian yang berkaitan dengan maskulinitas dengan teman-temannya. Begitu juga dengan anak perempuan, mereka akan saling bertukar pengalaman yang berhubungan dengan kefeminiman dengan teman sebayanya.


2 komentar:

  1. Shin_kizuna mengatakan...:

    wat nentu'in qta maskulin, feminim or androgini gmn yah??

  1. Putra arista mengatakan...:

    bahasanya ja aq
    gk mudeng blass

Posting Komentar